Sabar Senanti:
Tumpukan Sampah Penyubur Tanah
Tumpukan sampah masih menjadi masalah hampir di seluruh bagian dunia. Di Jakarta, sampah organik masih menduduki peringkat pertama, sebagai sampah yang paling sering dihasilkan warga (53,75% dari seluruh sampah). Untuk mengatasi hal itu, berbagai alternatif pengolahan sampah mulai didengungkan para pegiat lingkungan hidup. Salah satu di antaranya adalah komunitas Pecinta Alam Paroki Salib Suci (Palapass) yang sejak bulan Maret tahun 2018, kembali menggiatkan pengolahan kompos di Gereja Salib Suci.
Minggu pagi itu, beberapa anggota Pecinta Alam Paroki Salib Suci (Palapass) terlihat sedang memasukkan tumpukan sampah organik ke dalam bak penampungan. Selanjutnya, mereka menambahkan cairan khusus untuk membantu proses pembusukan.
Proses pembusukan ini dikenal sebagai pengomposan. Sampah-sampah yang digunakan untuk membuat kompos adalah sampah organik seperti daun, sisa makanan, dan kulit buah. Setelah 4 minggu, tumpukan sampah itu berubah menjadi kompos, untuk selanjutnya diolah menjadi pupuk bentuk cair atau padat.
Kendala dalam Pengomposan
Dalam kegiatannya mengolah kompos, tim Palapass mengalami beberapa kendala. “Saat itu terdapat banyak jamur di dalam bak, sehingga sampah tidak menjadi lembap,” ujar Yohanes Adhi, koordinator Palapass.
Leonhard Galih selaku koordinator kegiatan pengomposan mengaku, lahan untuk pengolahan serta ketersediaan bahan organik pembuat kompos juga menjadi
kendala.
Setelah melakukan konsultasi dengan pakar pengelolaan kompos, beberapa perbaikan pun segera dilakukan. “Solusinya perlu menambah kelembapan, dan (sampah) perlu diaduk secara rutin,” ujar Tarno yang juga menjadi pemilik utama komposter. Dengan perbaikan tersebut, komposter atau alat pembuat kompos mereka, berhasil menghasilkan kompos cair pada bulan Mei 2018.
Galih mengatakan, tim Palapass juga memanfaatkan kotoran kambing untuk mempercepat pembusukan. Kotoran kambing ini biasa mereka dapatkan dari peternak di sekitar Gereja Salib Suci. “Kami ambil dari kandang, lalu kami campurkan ke dalam kompos yang gagal panen,” ujarnya saat dihubungi melalui pesan singkat.
Solusi Sampah Menumpuk
Menurut Adhi, tujuan utama program ini adalah memanfaatkan sampah organik di Gereja Salib Suci yang biasanya dibakar atau ditumpuk begitu saja. Menurutnya, pembakaran sampah tidak menjadi solusi, tapi malah menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan kita. Sebaliknya, pengomposan dan produksi kompos dapat mengurangi tumpukan sampah di Gereja Salib Suci, dan hasilnya dapat digunakan untuk menyuburkan dan memperbaiki kualitas tanah.
Dalam dua bulan, kompos hasil produksi tim Palapass dengan merek “Sabar Senanti” ini sudah siap diedarkan. Tim Palapass berharap, para umat dapat ikut serta dalam pengolahan kompos yang sebelumnya sudah pernah diberkati Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ ini. Salah satu caranya yaitu dengan meletakkan sampah sesuai dengan kategorinya, sehingga nanti dapat dipilah oleh tim Palappass dengan mudah.
Bagi umat yang berminat membeli pupuk Sabar Senanti dan bergabung dalam kegiatan ini, dapat menghubungi Tim Palapass Gereja Suci. Semoga melalui hal ini, umat semakin mencintai lingkungan. (Elroy/Karyn)
BERITA TERBARU
Komunitas Lansia: Menjalani Hari Tua dengan Iman dan Sukacita
Setiap hari Sabtu pagi pukul 09.00, minggu keempat dalam setiap bulan, Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing mengadakan ibadat/misa untuk lansia di gereja. Dari 700 lansia yang tercatat, hanya 150-200 lansia yang biasanya datang setiap misa. Sebenarnya. Siapa saja yang disebut lansia, dan selain misa bersama, apa saja yang dilakukan komunitas lansia?
Meditasi Kristiani: Jalan untuk Menjadi Bebas
Jumat-Minggu (18-20/5) yang lalu, komunitas Meditasi Kristiani Salib Suci (MKSS) mengikuti retret yang diadakan komunitas Meditasi Kristiani Santo Stefanus, Cilandak di Rumah Retret Gading Berkat Bunda, Cikereteg. Tema yang diusung adalah “Days of Stillness & Silence” dengan pembimbing Romo Tan Thian Sing, MSF.
Menjalin Relasi dalam Jalan Santai
Jalan santai memperingati 211 tahun Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dengan lintasan sekitar 4 km diikuti sekitar 2000 peserta dengan antusias, termasuk umat Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing. Sebuah bis disediakan untuk 60 orang umat Salib Suci menuju Katedral yang ingin bergabung dalam jalan santai ini. Tepat pukul 5 pagi, bis berangkat dan tiba di Katedral pukul 05.55 WIB.