top of page

 

AYD 2017

Berbahagialah dan bangga lah menjadi OMK Indonesia

Pada 30 Juli – 6 Agustus Indonesia menjadi tuan rumah Asian Youth Day (AYD) ke-7. AYD atau hari orang muda Asia adalah perjumpaan orang muda Katolik se-Asia. Acara ini diselenggarakan tiap tiga tahun dan dihadiri kurang lebih seribu sampai tiga ribu Orang Muda Katolik (OMK) perwakilan dari berbagai negara di Asia. AYD digagas oeh pembina OMK se-Asia dan disetujui oleh Federasi Konferensi Uskup-uskup se-Asia (FABC) dibawah kantor Komisi Keluarga dan Kerawam bagian Kepemudaan.

 

Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing, Jakarta Utara juga ikut berpartisipasi di acara AYD. Tiffany Tuela (wilayah IV/St. Paulus), diberi kehormatan mewakili Paroki Cilincing dalam acara tersebut. Banyak pengalaman luar bisa yang dialami Tiffany. Berikut pengalaman singkat Tiffany selama mengikuti AYD di Yogyakarta.

"Ada beberapa pengalaman yang menurut saya paling menarik untuk dibagikan. AYD7 diawali dengan Days in Diocese (DID), dimana setiap delegasi ditempatkan di satu keuskupan untuk mengetahui kehidupan umat Katolik di keuskupan tersebut. Pada hari pertama DID seluruh delegasi dari Jakarta, Palangkaraya, Tanjung Selor, Jayapura, Timika, Filipina, dan East Asia berkumpul di Gereja Matias Rasul Kosami. Kemudian diantar ke Paroki DID-nya masing masing. Saya sendiri ditempatkan di Paroki Pasar Minggu, Dekenat Selatan.

Sembari menunggu bus yang akan mengantarkan saya, saya berkumpul dan berbincang bersama beberapa delegasi Indonesia dan Asia lainnya. Di tengah percakapan seorang teman dari Asia Timur bertanya, “Apakah kalian semua dari Indonesia? Mengapa wajah kalian berbeda-beda?” Pertanyaan tersebut terlontar karena saat itu kami ada yang berkulit putih mata sipit, berkulit kuning langsat, dan berkulit gelap rambut ikal.

Seketika itu saya sadar bahwa dimata orang “bule” mungkin perbedaan tersebut terlihat tidak biasa namun bagi saya itu adalah hal yang sangat luar biasa. Juga membanggakan, mengingat kita bisa hidup damai di tengah perbedaan.

Setelah DID, acara puncak AYD dilaksanakan di kota Yogyakarta. Di sana saya mendapatkan seorang teman bernama Maria Huang, asal Asia Timur. Kami berdua cukup dekat selama AYD. Huang menceritakan kepada saya bahwa di negaranya dia juga seorang minoritas seperti kita di Indonesia. Namun di sana agama minoritas tidak diperbolehkan melakukan perayaan keagamaan secara meriah. Mereka juga tidak leluasa menujukan kepercayaan mereka kepada orang banyak dikarenakan berbagai alasan.

Hal tersebut membuat saya terenyuh sekaligus bersyukur dapat hidup dengan bebas dan damai di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia. Sebagai OMK di Indonesia kita juga patut bersyukur karena di Indonesia kita bisa dengan bebas menunjukan kepercayaan kita. Kita juga dapat dengan bebas merayakan hari besar agama kita.

AYD7 merupakan pengalaman yang luar biasa dan tidak akan saya lupakan. Selain mendapatkan banyak teman dari seluruh asia, saya juga menguatkan iman saya kepada Tuhan. Saya menjadi lebih bersemangat melayani Tuhan dan ingin selalu dekat dengan-Nya. Selain itu AYD juga membuat saya semakin mencintai negara saya sendiri, yaitu Indonesia. Salam Joyful! " (Tiffany/Elroy)

bottom of page