Semangat Vinsensian, Menyelami kehendak Tuhan
Kamis (27/9) di kediaman Surono, warga Lingkungan St. Vinsensius, Wilayah X, berlangsung acara HUT ke-32 Lingkungan St. Vinsensius. Acara dihadiri 70 orang, turut hadir pula umat Lingkungan St. Helena dan St. Stefanus.
Acara diawali misa yang dipimpin oleh Romo Canisius Sigit Tridrianto, CM. Dalam homili, Romo Sigit mengangkat kembali semangat Vinsensian, "Semua akan indah pada waktunya, apabila kita menyelami kehendak Tuhan, namun seringkali kita lebih memikirkan kehendak kita, sehingga waktu seakan berjalan semakin menyakitkan,“ ujarnya. Romo Sigit menceritakan pula riwayat singkat St. Vinsensius, santo yang pada awal panggilan menjadi imam karena dorongan duniawi. Namun dalam perjalanan Tuhan-lah yang memurnikan kehidupan St. Vinsensius. "Vinsensius menyelami kehendak Tuhan dengan memusatkan pikiran pada kehidupan orang miskin, baik miskin rohani, miskin jasmani dan miskin karena tidak dicintai," tambahnya.
Setelah misa, Bina Iman Anak (BIA) Lingkungan St. Vinsensius unjuk kebolehan dengan menari bersama. Mereka telah mempersiapkan diri dengan latihan rutin setiap minggunya. BIA menari dengan lincah dengan lagu Sinanggar Tulo dari Sumatra utara. Semangat BIA ditunjukkan pula dengan penggunaan pakaian adat yang lengkap.
Acara ditutup dengan makan malam sambil berbincang santai. Bora, sebagai ketua lingkungan berharap semoga kedepannya lingkungan tetap kompak dan semakin bertambah umat keluarga muda. Sebab saat ini umat lingkungan Vincentius 80% adalah lansia.“Semangat Vincentius diwujud nyatakan di lingkungan dengan saling peduli satu sama lain, saling berbagi, dan juga umat Vincentius adalah orang-orang yang rendah hati," tambahnya.
Semoga dengan bertambahnya usia, harapan yang belum terwujud dapat terlaksana. Evangelizare Pauperibus Misit Me (Aku diutus untuk mewartakan kabar gembira kepada orang miskin). (fransel)
BERITA TERBARU
Dalam rangka mengisi waktu libur, 4 OMK Gereja Salib Suci dan 2 anggota Palapass melakukan
pendakian ke Gunung Kerinci, Jambi, Sabtu (9/6). Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno Hatta
menuju Bandara Sultan Thaha di Jambi. Dilanjutkan menempuh perjalanan darat selama 8 jam menuju
Paroki Kayu Aro, Jambi. Mereka bermalam di paroki tersebut.
Sabar Senanti: Tumpukan Sampah Penyubur Tanah
Tumpukan sampah masih menjadi masalah hampir di seluruh bagian dunia. Di Jakarta, sampah organik masih menduduki peringkat pertama, sebagai sampah yang paling sering dihasilkan warga (53,75% dari seluruh sampah). Untuk mengatasi hal itu, berbagai alternatif pengolahan sampah mulai didengungkan para pegiat lingkungan hidup. Salah satu di antaranya adalah komunitas Pecinta Alam Paroki Salib Suci (Palapass).