Meditasi Kristiani:
Jalan untuk Menjadi Bebas
Jumat-Minggu (18-20/5) yang lalu, komunitas Meditasi Kristiani Salib Suci (MKSS) mengikuti retret yang diadakan komunitas Meditasi Kristiani Santo Stefanus, Cilandak di Rumah Retret Gading Berkat Bunda, Cikereteg. Tema yang diusung adalah “Days of Stillness & Silence” dengan pembimbing Romo Tan Thian Sing, MSF.
Dalam pengajaran, Romo Sing mengajak peserta untuk berani menghadapi kesepian (hening) yang juga menjadi kesulitan manusia. Ucapkanlah “Maranatha!” (Tuhan, datanglah!). Namun, jangan mengharap apa-apa saat itu. Biarkanlah Tuhan berbicara dalam keheningan itu.
Para peserta, yaitu meditator yang hadir, diajak untuk tidak mendikte (meminta) Tuhan, melainkan melakukan meditasi dengan kesetiaan. Biarkan Tuhan memberi apa yang kita perlukan, bukan yang kita inginkan. Seperti yang dijelaskan Santo Yohanes dari Salib, meditasi merupakan jalan untuk menjadi bebas-lepas (tidak memiliki).
“Semakin hening, semakin peka dan mengenal diri sendiri. Semakin diam, semakin mengenal ‘penyakit’nya,” kata Romo Sing.
Kepekaan mampu mengubah cara berkomunikasi dengan sesama dan lingkungan. Dengan kepekaan, seseorang mudah menerima kata-kata Tuhan. Menjadi meditator, berarti mau menerima buah anugerah Tuhan dengan penuh syukur dan selalu hidup rendah hati. Selain itu, mengendalikan “AKU” agar tidak dominan dalam hidup kita. Sikap diam dan hening saat meditasi sangat penting untuk mengatasi gangguan yang lebih banyak berasal dari dalam diri sendiri yaitu “AKU”.
Meditasi menjadi jalan yang tepat untuk memasuki saat sekarang. Namun, terkadang kita cenderung memilih hidup di masa lalu atau masa depan. Ketidakinginan hadir dan menjalani masa sekarang membuat kita tidak bahagia. Tidak masalah, jika kita membiarkan kenangan masa lalu yang tidak menyenangkan menjadi bagian dari diri kita. Namun, kita perlu mengikhlaskannya. Sementara, kenangan yang menyenangkan perlu disyukuri dan dijadikan pengalih kenangan yang menyakitkan. Sehingga, kita pun mengalami pembaruan secara perlahan.
“Matilah selagi hidup, hiduplah selagi mati!” tekan Romo Sing. (Yani/Karyn)
BERITA TERBARU
Menjalin Relasi dalam Jalan Santai
Jalan santai memperingati 211 tahun Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dengan lintasan sekitar 4 km diikuti sekitar 2000 peserta dengan antusias, termasuk umat Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing. Sebuah bis disediakan untuk 60 orang umat Salib Suci menuju Katedral yang ingin bergabung dalam jalan santai ini. Tepat pukul 5 pagi, bis berangkat dan tiba di Katedral pukul 05.55 WIB.