Menuju Gunung Api Tertinggi di Indonesia
Kerinci, gunung berapi yang berada di daerah Jambi, 130 km sebelah selatan Padang, Sumatera Utara ini merupakan gunung api tertinggi di Indonesia. Perjalanan mendaki Puncak. Kerinci bisa jadi perjalanan yang paling melelahkan. Untuk menaklukkan atap Sumatera ini diperlukan kerja sama tim serta kesediaan saling bantu antar anggota, agar semua dapat sampai serta kembali dengan selamat.
Tim pendaki kala itu terdiri dari gabungan anggota OMK Gereja Salib Suci, Palapass, serta OMK dari gereja lain. Mereka memutuskan bermalam di Kayu Aro, sebelum mengawali pendakian mereka keesokan harinya. Sebelum memulai mendaki, mereka berdoa bersama, lalu bersiap menuju target lokasi pertama, yaitu pos 1 (Bangku Panjang). Para pendaki terlebih dahulu harus mengetahui lokasi pos dan shelter lain. Misalnya Pos 2 di Batu Lumut, Pos 3 Pondok Panorama, dan Shelter 1. Pendakian hari pertama yang cukup memakan waktu membuat mereka harus bermalam di Shelter 1, saat hari sudah semakin sore.
Keesokan harinya, mereka melanjutkan pendakian ke lokasi Shelter 3. Namun, turunnya hujan mengharuskan mereka bermalam di lokasi, bahkan sebelum tiba di Shelter 2. Antonius
sebagai koordinator tim saat itu memutuskan mereka bermalam di Pos Bayangan. Ia memilih
hal itu karena memikirkan aspek keselamatan pendaikan. Mau tak mau, Shelter 3 baru dapat
dicapai pada hari berikutnya, pukul 14.00 WIB.
Perjalanan selanjutnya dinamakan summit attack atau perjalanan menuju puncak. Dengan bekal istirahat yang cukup dari sejak pukul 21.00, tim memulai pendakian saat waktumenunjukkan pukul 4.00. Suasana yang masih gelap mengharuskan mereka untuk fokus sambil mengawasi jalur pendakian dengan senter.
Pukul 06.00 pagi, mereka telah tiba di Tugu Yuda, tugu peringatan pendaki Kerinci yang meninggal saat melakukan pendakian. Pukul 06.25, salah satu anggota tim, Yakob, pertama kali menginjakkan kaki di atap Sumatera, di ketinggian 3805 mdpl. Barulah kemudian, anggota tim lain menyusul. Para anggota tim memilih untuk segera turun pada pukul 08.00. Hal ini dikarenakan kondisi gunung berapi Kerinci yang masih aktif. Para pendaki disarankan tidak berlama-lama di puncak gunung berapi, untuk menghindari bahaya gas belerang yang dapat mengganggu sistem pernapasan.
Pukul 18.00, keadaan hutan yang lebat membuat sekitar mereka berada dalam gelap gulita. “Justru dalam kegelapan, kami dapat menyaksikan bintang yang sangat indah,” ujar Yakob. Dalam kegelapan, anggota tim akhirnya mencapai pintu rimba pada pukul 19.00. Yakob menambahkan, dalam pendakian, persiapan fisik adalah hal yang terpenting.
Medan perjalanan Kerinci sangat sulit, kadang pendaki harus merayap, jongkok, dan memanjat. Ardhi, salah satu anggota tim yang lain menilai kekompakan tim mereka sangat baik. Walaupun banyak kesulitan dari segi rute, sumber air, serta hubungan antar teman yang memiliki masalah pribadi, mereka dapat melaluinya dengan baik. “Saling support satu sama lain untuk menghadapi permasalahan, sehingga bisa sama-sama menikmati keindahan alam,” ujarnya.
Kerinci adalah gunung berapi yang sulit untuk ditaklukkan. Persiapan fisik, mental, serta peralatan yang memadai dalam menapaki jalur gunung api tertinggi ini sangatlah diperlukan. Puji Tuhan, tim pendaki dapat kembali dengan selamat. (Yakob / Elroy)
BERITA TERBARU
Pendakian Kerinci, Kalahkan Ego
Dalam rangka mengisi waktu libur, 4 OMK Gereja Salib Suci dan 2 anggota Palapass melakukan pendakian ke Gunung Kerinci, Jambi, Sabtu (9/6). Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Sultan Thaha di Jambi. Dilanjutkan menempuh perjalanan darat selama 8 jam menuju Paroki Kayu Aro, Jambi. Mereka bermalam di paroki tersebut.
Sabar Senanti: Tumpukan Sampah Penyubur Tanah
Tumpukan sampah masih menjadi masalah hampir di seluruh bagian dunia. Di Jakarta, sampah organik masih menduduki peringkat pertama, sebagai sampah yang paling sering dihasilkan warga (53,75% dari seluruh sampah). Untuk mengatasi hal itu, berbagai alternatif pengolahan sampah mulai didengungkan para pegiat lingkungan hidup. Salah satu di antaranya adalah komunitas Pecinta Alam Paroki Salib Suci (Palapass).