top of page

SINAR KERAHIMAN

MENYELIMUTI GUA MARIA SALIB SUCI

 

Sabtu, 12 Maret 2016 menjadi hari spesial bagi Fran Chayady, umat Gereja St Clara, Sunter, Jakarta Utara. Hari itu bersama teman-teman gerejanya, Fran mendatangi Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing, Jakarta Utara untuk berziarah. Sekitar pukul 08.45 pagi mereka telah tiba dan segera bersiap untuk berdoa.

Kemudian sekitar pukul 09.00, Fran dan teman-temannya mengambil posisi di Gua Maria. Mereka segera menyalakan lilin di depan patung Bunda Maria. Ketika menyalakan lilin dan meletakkanya di depan patung Bunda Maria, seketika hawa dingin menyelimuti sekujur tubuh Fran. Fran mengaku bingung, dari mana hawa dingin itu datang. Sebab hari itu sama sekali tidak turun hujan.  “Aneh, badan saya kok tiba-tiba terasa dingin. Padahal cuaca cerah. Kenapa tubuh saya tiba-tiba terasa dingin?” cerita Fran. Karena tidak ingin menganganggu teman-temannya yang sedang bersiap doa, ia putuskan untuk menyimpan pertanyaannya itu. Rencananya, usai ziarah, ia akan menyampaikan kepada teman-temannya.

 

Ketika teman-temannya mulai berdevosi kepada Bunda Maria, Fran memilih tidak bergabung. Ia duduk dan doa sendiri. Saat itu Fran memang baru saja menjadi Katolik. Ia pun masih belum banyak memahami tata cara berdevosi kepada Bunda Maria.

 

Usai doa, sembari menunggu teman-temannya, iseng-iseng Fran mengambil gambar. Dengan kameranya, ia membidik setiap sudut gua Maria. Setelah itu, bersama teman-temannya ia mengikuti Misa Novena Medali Wasiat.

 

BUNDA MARIA NYATA

Usai Misa, Fran dan teman-temannya memutuskan untuk pulang. Dalam perjalan pulang, barulah Fran menceritakan pengalamannya. “Lalu saya tanya ke teman-teman, kok tadi tubuh saya terasa dingin. Jangan-jangan karena ada hantu. Lalu kami tertawa.” Ternyata tidak ada seorang pun yang bisa menjawab pertanyaan Fran. Saat itu mereka menganggap yang dialami Fran hanya kebetulan tanpa makna.

 

Selang beberapa hari, Fran mencetak hasil jepretan fotonya. Begitu dicetak, ia sangat terkejut. Ia mendapati salah satu fotonya berbeda dengan obyek aslinya. Di foto itu teradapat cahaya. Cahaya itu dengan jelas menyinari Gua Maria Salib Suci yang difotonya. “Padahal waktu Pak Fran motret tidak pakai flash. Hanya pakai handphone biasa. Dan saat itu masih jam 09.00 pagi. Matahari belum terik,” jelas Samuel Christian Handy, Wakil Ketua Lingkungan St Clara, Gereja St Lukas, Jakarta Utara, yang saat itu juga ikut berziarah bersama Fran.

 

Melihat ada hal yang tidak biasa pada foto tersebut, Fran memutuskan untuk mencetak 40 lembar. Ia memberikan satu buah fotonya kepada Gereja Salib Suci. “Saya cetak banyak supaya banyak orang tahu bahwa Bunda Maria betul-betul ada, nyata. Karena foto ini salah satu buktinya,” tukas pria kelahiran Singkawang, 21 Oktober 1952 itu.

 

Tentulah bagi Fran memotret Gua Maria Salib Suci menjadi pengalaman yang bukan biasa. Diakui Fran, pengalamannya itu membuat dirinya semakin mantap menghayati imannya kepada Yesus Kristus dan Bunda Maria. (Maretta P.S)

bottom of page