Green Christmas
Paroki Cilincing
Sampah plastik masih menjadi masalah bagi kita. Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.
Melihat fenomena itu, Gereja Katolik mengajak umatnya untuk bersama-sama mengurangi sampah plastik, yakni dengan mengimbau umat untuk membawa botol minum. Selain itu juga dengan mengadakan lomba Green Christmas pada tahun ini.
Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing juga ikut serta dalam lomba ini. Paroki Cilincing membuat pohon Natal dan kandang Natal. Untuk pohon Natal, bahan dasarnya adalah botol plastik. Umat diajak untuk terlibat dalam lomba ini. Mereka menyumbangkan botol-botol plastik bekas.
Pohon Natal Paroki Cilincing ini memiliki tinggi 3.5 m dan diameter 1.7 m, tersusun dari 687 botol air mineral bekas pakai dan 110 rangkaian bunga dari plastik kresek bekas. Semuanya itu melambangkan kesederhanaan. Sementara pada puncak pohon Natal terdapat rangkaian tutup botol sebanyak 180 buah yang membentuk bintang.
Rangkaian botol plastik bekas tersusun atas 21 baris. Disusun berdampingan satu sama lain yang bermakna kebersamaan. Barisan bawah dari rangkaian botol menggunakan botol yang berukuran lebih besar yang melambangkan Pelayanan, seperti ucapan Yesus: “Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu…. “ (Mat 20 : 27)
Sementara untuk kandang Natal, Paroki Cilincing memilih konsep rumah adat Jawa, dengan tinggi 4 meter dan panjang 3,6 meter. Kandang Natal terbuat dari bambu, rumbia, dan kertas bekas. Kertas bekas dicat, dijadikan ornamen batu, yang menghiasi kandang Natal.
Untuk mempercantik kandang Natal, dibuatlah 4 buah lentera dari botol plastik. Setelah dibentuk dan dicat warna hitam , lentera dipasangi lampu. Untuk memperindah kandang, dibuatlah taman kecil. Sejumlah tanaman dan air mancur diletakkan di depan kandang.
Semoga melalui lomba Green Christmas umat semakin memiliki kesadaran untuk mengurangi sampah plastik dan memanfaatkan sampah daur ulang.
BERITA TERBARU
Misa alam dilaksanakan pada tanggal 2-4 Agustus di Papandayan, Garut, Jawa Barat. Kegiatan Misa Alam yang digagas oleh Pecinta Alam Paroki Salib Suci (PALAPASS) Cilincing, mendapat antusias yang sangat baik dari semua kalangan terlihat dari peserta yang mengikuti mencapai 178. Misa Alam adalah merayakan Ekaristi di alam terbuka atau diluar ruangan kapel atau gereja, kegiatan ini menjadi kesempatan para pencinta alam untuk melibatkan diri untuk mendapatkan ruang mengikuti misa sambil menikmati alam.
Panggilan menjadi imam bisa datang dari pengalaman-pengalaman sederhana. Hal itu yang dialami Fr. Wenan. Ketika duduk di kelas 4 SD, saat ia mengikuti Misa Harian, ia bertemu dengan salah satu pastor berperawakan gemuk dan berjanggut. Waktu bersalaman, si pastor menyentuhkan tangan Fr. Wenan ke janggutnya. Fr. Wenan terkesan dengan keramahan si pastor. Dari situ ia menilai bahwa seorang imam itu baik. Pengalaman sederhana itu rupanya membangkitkan keinginan dalam diri Fr. Wenan untuk menjadi imam
Dalam rangka mengisi waktu libur, 4 OMK Gereja Salib Suci dan 2 anggota Palapass melakukan
pendakian ke Gunung Kerinci, Jambi, Sabtu (9/6). Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno Hatta
menuju Bandara Sultan Thaha di Jambi. Dilanjutkan menempuh perjalanan darat selama 8 jam menuju
Paroki Kayu Aro, Jambi. Mereka bermalam di paroki tersebut.
Sabar Senanti: Tumpukan Sampah Penyubur Tanah
Tumpukan sampah masih menjadi masalah hampir di seluruh bagian dunia. Di Jakarta, sampah organik masih menduduki peringkat pertama, sebagai sampah yang paling sering dihasilkan warga (53,75% dari seluruh sampah). Untuk mengatasi hal itu, berbagai alternatif pengolahan sampah mulai didengungkan para pegiat lingkungan hidup. Salah satu di antaranya adalah komunitas Pecinta Alam Paroki Salib Suci (Palapass).